Langsung ke konten utama

Agus Diiming-imingi Rp 50 Juta Digandakan Jadi Rp 1,5 Miliar

Radar Publik
Surabaya - Hanya ingin menambah pundi-pundi uangnya, Agus hampir saja kehilangan Rp 50 juta. Pria 37 tahun itu terbujuk rayu dukun pengganda uang yang hendak menipunya.

"Korban dijanjikan Rp 1,5 miliar asalkan membayar uang Rp 50 juta," kata AKBP Aries Syahbudin kepada wartawan, Kamis (4/7/2013).

Kapolres Tanjung Perak itu mengatakan, yang menipu Agus adalah komplotan dukun pengganda uang beranggotakan 4 orang. Mereka adalah Juari Sobirin alias Handoko, warga Ploso Klaten, Kediri; Slamet, warga Baron Timur, Nganjuk; Djasmani, warga Pare, Kediri; dan Waryono, warga Gondang, Nganjuk.

Kasus ini berawal dari pekenalan Agus dengan Slamet. Kepada Agus, Slamet mampu mencarikan orang yang bisa menggandakan uang. Agus yang tertarik setuju untuk bertemu dengan orang tersebut. Akhir Juni lalu, mereka bertemu di kos Agus di Jalan Perak Barat.

Sebelum berniat menggandakan uangnya, Agus meminta bukti dulu. Juari yang bertindak sebagai dukun menyanggupi permintaan itu dan meminta Agus masuk kamar. Juari hanya mengajak Slamet saja sementara Djasmani dan Waryono disuruh menunggu di luar.

Di dalam kamar, Slamet menyediakan peralatan ritual yang terdiri dari kembang telon, minyak wangi, sebuah kardus air mineral, kain kafan, dan dupa/menyan. Juari lantas meminta Agus menyerahkan uang Rp 100 ribu.

"Uang itu lantas dibakar tersangka dan dimasukkan kardus air mineral lalu ditutup kain kafan," lanjut Aries.

Setelah dibuka, uang Rp 100 ribu itu ternyata masih utuh. Juari lantas meminta Agus menyerahkan uang Rp 1,5 juta dan dijanjikan akan dilipat gandakan menjadi Rp 1,5 miiar. Agus menuruti permintaan itu. Uang tersebut lantas diolesi minyak lalu dimasukkan kardus air mineral dan ditutup kain kafan.

Setelah menunggu selama 10 menit, Agus dipersilahkan membuka kain. Di dalam kardus Agus melihat tumpukan uang pecahan Rp 100 ribu an yang diaku Juari senilai Rp 1,5 miliar. Agus pun girang. Agus percaya karena dia sempat memegang tiga lembar uang tersebut. Namun Juari meminta syarat agar Agus menyerahkan mahar senilai Rp 50 juta agar bisa membawa uang miliaran rupiah tersebut.

"Tersangka juga mengingatkan korban agar tidak membuka kardus bila belum dua hari. Alasan tersangka, uang akan terisi penuh dan sempurna bila sudah mengendap selama dua hari," ujar Aries.

Agus lalu mencari uang Rp 50 juta yang diinginkan Juari. setelah uang berada di tangan, Agus ingin membuktikan sekali lagi dengan membuka kain kafan yang menutupi kardus. Betapa terkejutnya Agus saat dia melihat kardus itu kosong tanpa isi. Agus pun protes dan meminta kembali uang Rp 1,5 juta yang sudah dikantongi Juari. Juari menolak dan mereka ribut.

"Bapak kos yang mendengar keributan itu melapor ke polisi," terang Aries.

Polisi yang dilapori segera datang ke lokasi dan mengamankan Juari cs. Setelah dilakukan pemeriksaan, terbukti jika Juari cs adalah komplotan penipu dengan modus penggandaan uang. Mereka biasanya beraksi di Jatim dan Jateng.

"Tersangka mengaku sudah dua kali melakukan aksi. Aksi pertama sukses dengan hasil Rp 15 juta. Si dukun dapat 30 %, sisanya dibagi ke yang lain," jelas perwira asal Jakarta itu.

Mengenai Agus yang sempat melihat uang Rp 1,5 miliar di dalam kardus, Aries menjelaskan jika Agus sudah dihipnotis saat itu sehingga mata Agus melihat tumpukan uang, padahal kardus itu kosong. Buktinya, saat Agus membuka kembali kain itu saat tak dihipnotis, kardus itu memang benar-benar kosong. (Damar Wulan)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suasana Malam Di Tangkis Porong Indah (TPI)

Radar Publik Minggu (3/11/2013) WARGA Porong dan sekitarnya punya istilah khas, TPI. Bukan Televisi Pendidikan Indonesia, melainkan TANGKIS PORONG INDAH. Ini tempat mangkal ratusan lonte di tangkis (tanggul) Kali Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. ‘Keindahan’ tangkis itu bisa disaksikan setiap malam. Tangkis yang siangnya panas terik dan sepi, malam hari sangat meriah. Di sini tak ada rumah bordil yang khusus menyediakan kamar berikut lontenya. Di sini semua serba darurat. Usai matahari terbenam para ‘pengusaha’ bikin kamar-kamar begituan. Sedikitnya ada 60 kamar. “Ada semacam panitia atau pemilik. Rangkanya sudah ada, sehingga malam tinggal pasang. Bikinnya gampang sekali, dan ini sudah berlangsung bertahun-tahun,” ujar Eko, warga Porong. Pengelola kompleks TPI menyiapkan dua tiga wadah berisi air bersih di depan kamar 2 x 1 meter itu. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk membersihkan organ intim si lonte dan tamunya usai berhubungan badan. Fasilitas ini, rata-rata sudah...

Belum Jelas Perizinannya Pembangunan Pabrik Paku di Kangkungan Mojokerto di Protes Warga

Radar Publik Jatim - Selasa, 16/7/2024 MOJOKERTO, Warga Dusun Kangkungan Desa Lengkong Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, memprotes pembangunan pabrik paku yang ada di daerahnya, alasannya, mereka khawatir terdampak sisa hasil produksi dari produsen paku itu kelak kalau sudah beroperasi, di antaranya debu dan sumber air yang terkontaminasi dengan limbah besi.  Selain itu, warga juga menuntut kompensasi kepada pemilik pabrik akibat debu yang ditimbulkan oleh dum truk yang berlalu lalang, pada masa proyek pembangunan. Tidak hanya debu dan suara bising, mereka juga mempertanyakan ijin penggunaan akses yang di lalui dum truk untuk menguruk pabrik. Warga setempat, Alfatah (42)  mengatakan " kami hanya menanyakan kedepan dampak yang di timbulkan oleh pabrik, dan kami juga menanyakan penggunaan akses yang di lalui kendaraan proyek" . " Warga Kangkungan kepingin tahu, ijinnya sama siapa ? kaitan dengan penggunaan jalan yang di lalui kend...

Buntut Protes Warga, Kompensasi Tidak Cair Dari Pabrik Warga Tutup Akses Menuju Proyek

Radar Publik .com Mojokerto 21/7/2024 MOJOKERTO : Bentuk kekesalan warga Dusun Kangkungan, Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto, Jatim, akibat dampak yang ditimbulkan oleh kendaraan proyek dan penggunaan jalan yang tidak ijin ke warga. Pada Minggu siang (21/7/2024) warga Kangkungan tutup jalan menuju proyek pembangunan pabrik. Puluhan warga setempat, memblokade jalan setapak menuju proyek. Sebab, sejak dimulainya proyek pembangunan pabrik, warga sudah berkali-kali mengajukan kompensasi ke pihak pengembang, namun, hingga saat ini kompensasi tak kunjung terealisasi. Dengan kompak, warga Dusun Kangkungan mendirikan pagar dari bambu yang di bubuhi spanduk penutupan jalan. "Kami sudah capek dengan janji-janji belaka dari pihak manajemen pabrik. Sekitar sudah 5 kali mediasi dengan Pemdes Lengkong, dan perwakilan perusahaan, namun hingga saat ini mediasi tersebut masih dead lock," kata Didik, warga setempat. Menurut warga yang lain, Agustina (54) sepanjang perus...