Langsung ke konten utama

Megawati ingatkan Nahdliyin dan nasionalis jaga NKRI

Radar Piblik
Pasuruan - Minggu, 01 Mei 2016
Presiden RI periode 2001-2004 Megawati Soekarnoputri mengingatkan warga Nahdliyin dan kaum nasionalis agar selalu bersatu menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan Pancasila.

"Saya jadi teringat pesan Gus Dur yang meminta jangan sampai pecah, sebab kalau pecah, maka negara ini akan rusak," ujarnya saat menghadiri Apel Besar Hari Lahir ke-93 Nahdlatul Ulama (NU) di Taman Candrawilwatikta Pandaan, Pasuruan, Jawa Timur, Sabtu (30/4) malam.

Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Partai Demokrasi Indonesia (DPP PDI) Perjuangan itu mengakui amanat Gus Dur tersebut harus selalu dilaksanakan dan dilestarikan.

Apalagi, menurut Mega, ancaman terhadap NKRI dan Pancasila semakin meningkat, baik menyangkut idealisme atau paham berbangsa dan bernegara maupun radikalisme, terorisme hingga narkoba.

"Mari bersatu dengan perekat Pancasila untuk menjaga NKRI yang kita cintai ini," kata putri tertua Presiden RI periode 1945-1966 Soekarno tersebut.

Megawati pun bercerita, sejak kecil kerap bertanya kepada bapaknya usai melihat seseorang menggunakan sarung dan bersurban bertamu kemudian berdiskusi cukup lama.

"Kata Bapak, mereka itu kiai yang tugasnya menjaga rumah bangsa secara agama," katanya.

Kemudian, ia mengakui merasa terhormat diundang pada Hari Lahir ke-93 NU dan berterima kasih karena tanggal 1 Juni diusulkan NU sebagai Hari Lahir Pancasila.

"Semoga pemerintah bisa segera menetapkan. NU kan sudah saya perjuangkan punya Hari Santri 22 Oktober, sekarang gantian NU perjuangkan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila," demikian Megawati, disambut tepuk tangan hadirin.

Hari Lahir ke-93 NU bertemakan "Meneguhkan Pancasila, Mengibarkan Merah Putih" tersebut dihadiri sekitar 10 ribu orang dari berbagai kalangan, seperti kader NU dan badan otonom, kader PDIP, serta masyarakat umum.

Hadir memimpin Harlah adalah Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siroj, Wakil Rois Aam PBNU KH Miftahul Akhyar, Ketua PBNU Saifullah Yusuf, Pangdam V/Brawijaya Mayjen TNI Sumardi, Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, serta sejumlah anggota DPR RI asal FPDIP.

Saifullah Yusuf yang juga komandan apel besar mengatakan, sasaran besar kali ini adalah adalah usulan mengukuhkan dan menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila, sesuai yang dicetuskan Soekarno.

"NU sudah melakukan kajian akademik menentukan 1 Juni sebagai Hari Lahir Pancasila dan akan diusulkan kepada pemerintah," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Menurut dia, saat ini hanya ada Hari Kesaktian Pancasila, sedangkan hari lahirnya belum ada sehingga kajian dan naskah akademik yang sudah dilakukan NU dinilainya sangat tepat.

Dalam naskah akademik, kata dia, di antaranya NU berpendapat bahwa pidato Soekarno pada 1 Juni 1945 adalah fakta sejarah yang tak dapat disangkal, dan Soekarno adalah penggali Pancasila.

"Agar momentum kesejarahan itu tidak hilang, maka 1 Juni harus menjadi Hari Kelahiran Pancasila," katanya. (Nyoto)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suasana Malam Di Tangkis Porong Indah (TPI)

Radar Publik Minggu (3/11/2013) WARGA Porong dan sekitarnya punya istilah khas, TPI. Bukan Televisi Pendidikan Indonesia, melainkan TANGKIS PORONG INDAH. Ini tempat mangkal ratusan lonte di tangkis (tanggul) Kali Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. ‘Keindahan’ tangkis itu bisa disaksikan setiap malam. Tangkis yang siangnya panas terik dan sepi, malam hari sangat meriah. Di sini tak ada rumah bordil yang khusus menyediakan kamar berikut lontenya. Di sini semua serba darurat. Usai matahari terbenam para ‘pengusaha’ bikin kamar-kamar begituan. Sedikitnya ada 60 kamar. “Ada semacam panitia atau pemilik. Rangkanya sudah ada, sehingga malam tinggal pasang. Bikinnya gampang sekali, dan ini sudah berlangsung bertahun-tahun,” ujar Eko, warga Porong. Pengelola kompleks TPI menyiapkan dua tiga wadah berisi air bersih di depan kamar 2 x 1 meter itu. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk membersihkan organ intim si lonte dan tamunya usai berhubungan badan. Fasilitas ini, rata-rata sudah...

Belum Jelas Perizinannya Pembangunan Pabrik Paku di Kangkungan Mojokerto di Protes Warga

Radar Publik Jatim - Selasa, 16/7/2024 MOJOKERTO, Warga Dusun Kangkungan Desa Lengkong Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, memprotes pembangunan pabrik paku yang ada di daerahnya, alasannya, mereka khawatir terdampak sisa hasil produksi dari produsen paku itu kelak kalau sudah beroperasi, di antaranya debu dan sumber air yang terkontaminasi dengan limbah besi.  Selain itu, warga juga menuntut kompensasi kepada pemilik pabrik akibat debu yang ditimbulkan oleh dum truk yang berlalu lalang, pada masa proyek pembangunan. Tidak hanya debu dan suara bising, mereka juga mempertanyakan ijin penggunaan akses yang di lalui dum truk untuk menguruk pabrik. Warga setempat, Alfatah (42)  mengatakan " kami hanya menanyakan kedepan dampak yang di timbulkan oleh pabrik, dan kami juga menanyakan penggunaan akses yang di lalui kendaraan proyek" . " Warga Kangkungan kepingin tahu, ijinnya sama siapa ? kaitan dengan penggunaan jalan yang di lalui kend...

Buntut Protes Warga, Kompensasi Tidak Cair Dari Pabrik Warga Tutup Akses Menuju Proyek

Radar Publik .com Mojokerto 21/7/2024 MOJOKERTO : Bentuk kekesalan warga Dusun Kangkungan, Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto, Jatim, akibat dampak yang ditimbulkan oleh kendaraan proyek dan penggunaan jalan yang tidak ijin ke warga. Pada Minggu siang (21/7/2024) warga Kangkungan tutup jalan menuju proyek pembangunan pabrik. Puluhan warga setempat, memblokade jalan setapak menuju proyek. Sebab, sejak dimulainya proyek pembangunan pabrik, warga sudah berkali-kali mengajukan kompensasi ke pihak pengembang, namun, hingga saat ini kompensasi tak kunjung terealisasi. Dengan kompak, warga Dusun Kangkungan mendirikan pagar dari bambu yang di bubuhi spanduk penutupan jalan. "Kami sudah capek dengan janji-janji belaka dari pihak manajemen pabrik. Sekitar sudah 5 kali mediasi dengan Pemdes Lengkong, dan perwakilan perusahaan, namun hingga saat ini mediasi tersebut masih dead lock," kata Didik, warga setempat. Menurut warga yang lain, Agustina (54) sepanjang perus...