Langsung ke konten utama

Warga Resah, Anak-Anak Sering Dengar Rintihan Ajudan Pemkot Kediri


Radar Publik
Jum'at, 06 Nopember 2015
Kediri - Dua ajudan pejabat Pemkot Kediri digerebek warga karena diduga kumpul kebo alias tinggal serumah, tanpa status pernikahan yang jelas.

Tetapi selain masalah tersebut, sebenarnya warga mengaku, resah karena sering mendengar suara rintihan dari rumah kontrakan mereka.

" Warga sekitar ini terus terang resah. Kami sering mendengar rintihan dari rumah kontrakan mereka. Bahkan, anak-anak juga mendengar. Anak-anak bertanya mengenai suara yang tidak etis itu," kata Cahyo, anggota kepolisian yang tinggal satu perumahan dengan MU, oknum PNS yang juga ajudan pejabat.

Cahyo dan MU tinggal di Perumahan Persada Kota. Perumahan ini berada di Desa Kwadungan, Kecamatan Ngasem (sebelumnya tertulis Gampengrejo), Kabupaten Kediri. Letak perumahan berada di sebelah utara kurang lebih 3 kilometer dari Pabrik Rokok PT. Gudang Garam Tbk Kediri.

Menurut Cahyo, suara rintihan itu dianggap tidak etis, karena ditengarai seperti layaknya orang yang sedang berhubungan suami-istri. Diantaranya suara mendesah, ah.. dan uh..Suara itu terdengar hingga radius beberapa meter dari rumah kontrakan MU di Blok E1/20. Rumah bercat warna pink dengan pagar berwana putih.

Satpam perumahan Suyadi mengaku, rumah kontrakan yang berada di blok E1/20 atas nama MU. Rumah dikontrak sejak 4 bulan terakhir. Rumah tersebut ditempati oleh MU dan LI. Terkadang, adik MU juga datang ke rumah tersebut pada siang hari.

Warga mengaku kesal dengan MU karena tidak pernah bersosialisasi dengan mereka. Bahkan, giliran jaga malam juga tidak pernah didatangi. MU biasanya pulang pada malam hari dan langsung mengurung di dalam rumah.

" Sebagai bagian dari masyarakat, sudah seharusnya mas MU kumpul dengan warga. Di perumahan ini, ada giliran jaga, tetapi tidak pernah hadir. Memang mas MU bayar denda karena absen. Namun bukan itu tujuan dari jaga malam itu, melainkan momen bertemu antara warga. Supaya saling mengenal dan saling mengetahui," kata Suyadi.

Sebagai penjaga keamanan, Suyadi mengaku, kerap menerima wadulan dari warga terkait perilaku MU yang individual. Dia juga mendengar kabar tentang suara rintihan dari rumah kontrakannya dari warga sekitar. Menurutnya, MU, sebagai aparatur Negara bisa bersikap lebih arif dan bijaksana.

Suara tidak etis dari kontrakan MU semakin menjadi gunjingan diantara warga. Mereka semakin resah setelah mengetahui status pernikahan kedua ajudan itu yang diragukan.

Puncaknya, warga menggerebek rumah kontrakan MU, pada Kamis (05/11/2015) malam kemarin. Pasangan yang diduga kumpul kebo itupun tidak dapat menunjukkan akte pernikahan yang sah kepada warga. MU beralasan tertinggal di rumahnya di Plosoklaten, Kabupaten Kediri. (Yls)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Suasana Malam Di Tangkis Porong Indah (TPI)

Radar Publik Minggu (3/11/2013) WARGA Porong dan sekitarnya punya istilah khas, TPI. Bukan Televisi Pendidikan Indonesia, melainkan TANGKIS PORONG INDAH. Ini tempat mangkal ratusan lonte di tangkis (tanggul) Kali Porong, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. ‘Keindahan’ tangkis itu bisa disaksikan setiap malam. Tangkis yang siangnya panas terik dan sepi, malam hari sangat meriah. Di sini tak ada rumah bordil yang khusus menyediakan kamar berikut lontenya. Di sini semua serba darurat. Usai matahari terbenam para ‘pengusaha’ bikin kamar-kamar begituan. Sedikitnya ada 60 kamar. “Ada semacam panitia atau pemilik. Rangkanya sudah ada, sehingga malam tinggal pasang. Bikinnya gampang sekali, dan ini sudah berlangsung bertahun-tahun,” ujar Eko, warga Porong. Pengelola kompleks TPI menyiapkan dua tiga wadah berisi air bersih di depan kamar 2 x 1 meter itu. Tujuannya, apalagi kalau bukan untuk membersihkan organ intim si lonte dan tamunya usai berhubungan badan. Fasilitas ini, rata-rata sudah...

Belum Jelas Perizinannya Pembangunan Pabrik Paku di Kangkungan Mojokerto di Protes Warga

Radar Publik Jatim - Selasa, 16/7/2024 MOJOKERTO, Warga Dusun Kangkungan Desa Lengkong Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, memprotes pembangunan pabrik paku yang ada di daerahnya, alasannya, mereka khawatir terdampak sisa hasil produksi dari produsen paku itu kelak kalau sudah beroperasi, di antaranya debu dan sumber air yang terkontaminasi dengan limbah besi.  Selain itu, warga juga menuntut kompensasi kepada pemilik pabrik akibat debu yang ditimbulkan oleh dum truk yang berlalu lalang, pada masa proyek pembangunan. Tidak hanya debu dan suara bising, mereka juga mempertanyakan ijin penggunaan akses yang di lalui dum truk untuk menguruk pabrik. Warga setempat, Alfatah (42)  mengatakan " kami hanya menanyakan kedepan dampak yang di timbulkan oleh pabrik, dan kami juga menanyakan penggunaan akses yang di lalui kendaraan proyek" . " Warga Kangkungan kepingin tahu, ijinnya sama siapa ? kaitan dengan penggunaan jalan yang di lalui kend...

Buntut Protes Warga, Kompensasi Tidak Cair Dari Pabrik Warga Tutup Akses Menuju Proyek

Radar Publik .com Mojokerto 21/7/2024 MOJOKERTO : Bentuk kekesalan warga Dusun Kangkungan, Desa Lengkong, Kecamatan Mojoanyar, Mojokerto, Jatim, akibat dampak yang ditimbulkan oleh kendaraan proyek dan penggunaan jalan yang tidak ijin ke warga. Pada Minggu siang (21/7/2024) warga Kangkungan tutup jalan menuju proyek pembangunan pabrik. Puluhan warga setempat, memblokade jalan setapak menuju proyek. Sebab, sejak dimulainya proyek pembangunan pabrik, warga sudah berkali-kali mengajukan kompensasi ke pihak pengembang, namun, hingga saat ini kompensasi tak kunjung terealisasi. Dengan kompak, warga Dusun Kangkungan mendirikan pagar dari bambu yang di bubuhi spanduk penutupan jalan. "Kami sudah capek dengan janji-janji belaka dari pihak manajemen pabrik. Sekitar sudah 5 kali mediasi dengan Pemdes Lengkong, dan perwakilan perusahaan, namun hingga saat ini mediasi tersebut masih dead lock," kata Didik, warga setempat. Menurut warga yang lain, Agustina (54) sepanjang perus...