Radar Publik
Surabaya - Wagub Jatim Saifullah Yusuf (Gus Ipul) meminta kepada dokter Instalasi Gawat Darurat (IGD) di RS agar dapat menangani pasien atau penderita secara cermat.
Hal tersebut disampaikannya saat membuka Symposium Emergency Dokter di Hotel JW Marriot Surabaya, Sabtu (28/1/2017).
Ia mengatakan, ketelitian dokter IGD di dalam menangani pasien sangat dibutuhkan pada pertolongan pertama dalam menerima pasien di sebuah rumah sakit. Peran dokter menangani pasien harus ditangani secara cermat, akurat dan tepat sasaran.
Kondisi tersebut dimaksudkan agar dapat menghindarkan pasien dari bahaya kecacatan dan juga kematian yang diakibatkan kurang cermat dan tanggapnya dokter maupun tenaga medis dalam menangani pasien.
"Penanganan di tingkat IGD sangat penting sekali. Penanganan dari dokter dapat menentukan nasib atau nyawa dari seseorang. Biasanya, yang masuk ke IGD adalah orang orang yang mendekati kecacatan atau kematian sehingga harus cepat ditolong dan ditangani dengan baik," ujarnya.
Melalui simposium ini, Gus Ipul ingin keterampilan dan keahlian dari para dokter menjadi meningkat. Terutama, dalam mengatasi dan menangani pasien-pasien kegawat daruratan.
Terkait kegawat daruratan, orang nomor dua di pemprov Jatim tersebut meminta kepada dokter untuk lebih cermat menangani pasien agar tertangani lebih baik.
Sebagai contoh, berdasarkan data yang dimiliki pemprov Jatim, di RSU dr Soetomo Surabaya pada periode Januari sampai Juni 2016 terdapat 17.600 pasien, yang mana 2.100 pasien di antaranya harus ditangani di ruang Instalasi Gawat Darurat (IGD).
"Dari yang masuk IGD, pasien kategorinya beragam dan 60 persen di antaranya bisa diselamatkan, karena itulah diperlukan dokter terampil karena masalahnya belum semua dokter memahami kedaruratan sehingga simposium ini sangat berarti," tukasnya.
Dalam kesempatan tersebut, ia juga menyinggung sebaran dokter yang lebih banyak berada perkotaan dibandingkan pedesaan.
Gus Ipul mengibaratkan kondisi tersebut seperti sebuah pepatah ada gula ada semut. Artinya, daerah perkotaan masih menjadi tempat berkumpulnya dokter dokter ahli dikarenakan segala unsur yang mendukung kebutuhan medis dan segala sumber ada di kota.
Melihat kondisi seperti itu, ia menjelaskan bahwa pemprov Jatim akan memfasilitasi kebutuhan dokter di antaranya melalui regulasi peraturan, menambah insentif hingga mempersiapkan akses dokter untuk dapat menuju ke lokasi terpencil dan pelosok daerah di Jatim.
Upaya lain yang akan dilakukan adalah dengan mewajibkan dan mengirimkan calon dokter untuk mengabdi di daerah-daerah terpencil selama 1-2 tahun dan akan dipermudah aksesnya oleh pemerintah.
"Saya membayangkan, jika nanti akses jalan tol di Jatim tuntas dan menghubungkan antara satu daerah dengan daerah lainnya akan memberikan motivasi kepada dokter untuk datang ke daerah-daerah terpencil sehingga masyarakat tertangani kesehatannya," tegasnya.
Di tempat yang sama, Ketua Panitia Simposium dr. Prihatma dalam laporannya mengatakan, symposium ini bertujuan sebagai wujud pengabdian dokter-dokter kepada bangsa dan negara Indonesia pada bidang kesehatan.
Ia mengatakan, tema kali ini difokuskan pada aspek pertolongan dalam kondisi kegawat daruratan. Dalam symposium ini akan dijabarkan banyak informasi bahwa kasus kegawat daruratan dapat terjadi di mana saja, menimpa siapa saja dan kapan saja.
"Kasus kegawatdaruratan dapat menyebabkan resiko yang besar jika penanganannya tidak optimal dapat menyebabkan kecacatan dan kematian. Maka melalui symposium ini, kami ingin memberikan informasi dan pengetahuan kepada dokter dokter beserta cara penanganan kepada pasien secara tepat dan cepat," pungkasnya. (Nyoto)