Radar Publik, Jakarta "Kalau bicara soal asap di Pekanbaru, justru asap rokok lebih berbahaya bagi kesehatan masyarakat. Begitu juga udara polusi dari industri atau kendaraan bermotor pasti lebih berbahaya dari asap akibat kebakaran hutan," kata Dr dr Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH, MMB, FINASIM dalam keterangan resmi yang diterima Health Liputan6.compada Selasa (8/9/2015).
Meski begitu kenyataannya, tetap saja asap yang menyelimuti kota Pekanbaru dan kota sekitar tentu mengganggu kesehatan masyarakat di sana. Ini juga dibuktikan dengan peningkatan kasus gangguan pernapasan di berbagai fasilitas kesehatan di propinsi Riau.
Menurut Ari, dampak langsung dari asap selain mengganggu pernapasan, mengiritasi mata dan kulit, kondisi asap juga menyebabkan penurunan kadar oksigen udara luar yang akan membawa dampak buat kesehatan. "Dampak asap di Pekanbaru juga telah dihubungkan dengan kekurangan oksigen atau hipoksia," kata Ari.
Hipoksia, jelas Ari, dapat menyebabkan permasalahan kesehatan karena akan berpengaruh pada seluruh organ di tubuh kita. Kondisi hipoksia dapat terjadi jika sistem jantung dan pembuluh darah serta sistem pernapasan mengalami kerusakan.
"Penelitian menunjukkan, kelompok orang yang sering berada di ketinggian, terpapar kadar oksigen rendah, yang tanpa disadari lebih sering mengalami perdarahan lambung dibanding yang lain," kata Spesialis Penyakit Dalam Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.
Dengan kata lain, hipoksia atau kekurangan oksigen tak hanya hinggap di orang-orang yang hidup di wilayah tebal asap, perokok dan mereka yang gemar mendaki pun rentan terhadap kondisi ini. ( NYOTO )