Mojokerto- Radar Publik
Mr.
Kang Jungku, Presiden Direktur PT Rira Indonesia terancam dipolisikan
karyawannya. Menyusul penolakan menandatangani kesepakatan dengan
karyawan yang merasa menjadi �korban� perlakuan kasar pucuk pimpinan
produsen gitar yang berlokasi di Desa Tempuran, Kecamatan Pungging,
Kabupaten Mojokerto tersebut.
WNA asal Korea Selatan menyatakan memilih pulang ke negaranya daripada harus menandatangani kesepakatan.
Yudistira,
Ketua PUK SPSI LEM PT Rira Indonesia mengungkap, hari ini pihaknya
menggelar pertemuan dengan manajemen perusahaan yang memiliki 170
karyawan itu terkait keluhan karyawan terhadap sikap dan perlakuan Mr
Kang Jungku. Para karyawan mengaku resah jika presdir tersebut masih
bersikap yang cenderung semena-mena. Karyawan berharap ada jaminan bahwa
presdir tidak akan lagi melakukan tindakan yang mengancam keselamatan
fisik, juga tekanan psikis. Itu harus dituangkan dalam surat
kesepakatan.
�Sampai
di ujung pertemuan, Mr Kang Jungku bersikukuh menolak menandatangani
kesepatan dengan berbagai alasan. Bahkan ia mengancam akan kembali ke
negaranya jika dipaksa menandatangani kesepakatan. Karena tidak ada
titik temu, kami berencana untuk membawa persoalan ini ke kepolisian,�
cetusnya.
Menurut Yudistira, berkali-kali pihaknya mendapat keluhan karyawan terkait ulah Mr Kang Jungku.
�Teman-teman mengaku mendapat perlakuan kasar presdir (Mr. Kang Jungku). Acapkali presdir bertindak semaunya sendiri.
Perlakuan
presdir, lanjut Yudistira, dinilai para karyawan sudah melebihi batas.
Bahkan, untuk mengungkapkan amarahnya, presdir tak segan melempar barang
ke arah karyawannya. �Seperti yang dilakukan di (Mr Kangjunku) Rabu
(11/06/2014) kemarin, sekitar pukul 09.30 WIB. Dia marah-marah dan
melempar bodi gitar yang belum jadi kearah kamar mandi yang didalamnya
ada salah satu buruh,��ungkapnya.
Yudistira
menyebut, sikap semenah-menah presdir bisa mengakibatkan buruh menjadi
ketakutan dan trauma, apalagi dilakukan saat buruh sedang pergi ke
toilet disela-sela kerja. Tak hanya itu, perusahaan juga membuat
peraturan baru dengan memasang papan tulis didekat toilet dengan tujuan
para buruh harus menulis nama dan bagian, ketika hendak masuk toilet.
��Buruh yang bernama Hadi Siswoyo di lempar gitar kearahnya. Otomatis, buruh ketakutan dengan perlakukan seperti itu," ujarnya.
Bukan
hanya gitar yang dilemparkan, lanjutnya, disaat presdir memegang
megaphone juga sempat dilemparkan ke korban. Selain Hadi, beberapa buruh
yang lain juga mengaku mengalami hal yang sama. Namun karena merasa
takut akibat perlakuan kasar itu, para buruh pun memilih banyak yang
diam dan hanya mengelus dada.
Selain
soal perlakukan kasar presdir, Yudistira juga menyayangkan pihak
perusahaan yang tidak mengikutsertakan karyawannya dalam program BPJS
(badan penyelenggara jaminan sosial)
��Dulu
kita juga mendapatkan uang makan sehari sebesar Rp 10 ribu, namun mulai
tahun ini justru uang makan di hapus,��beber Yudistira yang mengaku
sudah bekerja selama 12 tahun di perusahaan tersebut.
Sementara
itu, Hadi Siswoyo (28) salah satu karyawan yang juga korban perlakuan
kasar presdir mengaku hanya pasrah setelah mendapatkan tekanan
psikologi.
�Kalau mau laporan ke polisi, saya takutnya di intimidasi dan jenjang karir saya bisa tidak jelas,��katanya.
Kepala
Personalia PT Rira Indonesia, Nanang, belum berhasil dikonfirmasi,
dirinya mengaku masih mengelar meeting dengan pihak buruh terkait
persoalan tersebut ( Red)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar