Radar Publik
Surabaya - Kapolres Mojokerto AKBP Eko Puji Nugroho terbukti melakukan tindakan yang tak patut dilakukan ke Briptu Rani Indah Yuni Nugraeni (25). Meski sudah diputus mutasi demosi, namun belum ada pengganti yang ditunjuk menggantikannya.
"Untuk saat ini belum ada. Nanti akan ada sidang dewan kebijakan perwira di Polda Jawa Timur, yang akan diikuti oleh para pejabat utama," kata Kasubid Penmas Polda Jatim, AKBP Suhartoyo saat dihubungi Radar Publik, Senin (1/6/2013).
Suhartoyo menjelaskan, perwira yang bakal menduduki jabatan Kapolres Mojokerto akan diketahui setelah Telegram Rahasia (TR) di kalangan Polda Jatim turun.
"Setelah TR turun, barulah dilantik dan sertijab," pungkas Suhartoyo.
Untuk diketahui, Kapolres Mojokerto AKBP Eko Puji Nugroho terbukti melanggar Pasal 7 ayat 1 Peraturan Kapolri nomor 14 tahun 2011 tentang kode etik profesi polri. Saat sidang KKEP, Eko terbukti pernah mencoba mengukur baju seragam dengan menempelkan tangannya ke tubuh Briptu Rani. Eko pun terpaksa mendapat mutasi demosi, dipindah ke jabatan yang lebih rendah. (Supadi)
▼
Minggu, 30 Juni 2013
KBS Terancam Dieksekusi, Pedagang: Saya Mencari Uang Dimana Nanti?
Radar Publik
Surabaya - Kabar ancaman Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang akan mengeksekusi lahan Kebun Binatang Surabaya (KBS) membuat pedagang asongan di sekitarnya resah. Mereka terancam kehilangan sumber penghasilan.
"Oya, kapan rencana eksekusi?," kata Nining, pedagangan asongan yang mangkal di depan area parkir KBS, Senin (01/6/2013).
Nining sebelumnya mengaku tidak pernah mendengar kabar ancaman eksekusi KBS oleh Pemkot Surabaya. Namun, dirinya benar-benar berharap bahwa ancaman tersebut urung.
Mantan pengamen ini menuturkan sumber penghasilannya hanya sebagai pedagang asongan. Perempuan yang menyewa rumah kecil di Joyoboyo gang kelinci ini tak berani membayangkan bila KBS kini tak lagi memiliki pengunjung.
"Saya cari uang dimana nanti? Jadi pengamen, katanya disuruh dagang saja. Sekarang saya dagang, dikejar-kejar satpol. Nah apalagi KBS mau dieksekusi," tutur Nining.
Keresahan juga menaungi benak Sugeng (35), pria warga Pulo Wonokromo. Sugeng yang sehari-hari bekerja sebagai tukang foto keliling untuk pengunjung KBS mengaku sangat menggantungkan hidupnya dari para wisawatan.
"Kalau perlu, saya memohon ke Bu Risma supaya tidak menutup KBS. Kami rakyat kecil cuma bisa berharap Bu Risma bisa adil memperlakukan warganya," pungkas Sugeng. (Kresna)
Surabaya - Kabar ancaman Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang akan mengeksekusi lahan Kebun Binatang Surabaya (KBS) membuat pedagang asongan di sekitarnya resah. Mereka terancam kehilangan sumber penghasilan.
"Oya, kapan rencana eksekusi?," kata Nining, pedagangan asongan yang mangkal di depan area parkir KBS, Senin (01/6/2013).
Nining sebelumnya mengaku tidak pernah mendengar kabar ancaman eksekusi KBS oleh Pemkot Surabaya. Namun, dirinya benar-benar berharap bahwa ancaman tersebut urung.
Mantan pengamen ini menuturkan sumber penghasilannya hanya sebagai pedagang asongan. Perempuan yang menyewa rumah kecil di Joyoboyo gang kelinci ini tak berani membayangkan bila KBS kini tak lagi memiliki pengunjung.
"Saya cari uang dimana nanti? Jadi pengamen, katanya disuruh dagang saja. Sekarang saya dagang, dikejar-kejar satpol. Nah apalagi KBS mau dieksekusi," tutur Nining.
Keresahan juga menaungi benak Sugeng (35), pria warga Pulo Wonokromo. Sugeng yang sehari-hari bekerja sebagai tukang foto keliling untuk pengunjung KBS mengaku sangat menggantungkan hidupnya dari para wisawatan.
"Kalau perlu, saya memohon ke Bu Risma supaya tidak menutup KBS. Kami rakyat kecil cuma bisa berharap Bu Risma bisa adil memperlakukan warganya," pungkas Sugeng. (Kresna)