Sabtu, 19 Maret 2016

SBY Berakhir Pekan Di Jembatan Suramadu

Radar Publik
Minggu, 20 Maret 2016
Jawa Timur - Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih melakukan kegiatan Tour de Java. Kali ini SBY mengunjungi Jembatan Suramadu di Jawa Timur.

Dalam kesempatan itu menceritakan soal sejarah pembangunan Jembatan Suramadu sebagai jalur penghubung antara Jatim dan Madura.

"Tahun 60-an adalah mimpi, cita-cita atau gagasan untuk membangun jembatan yang menghubungkan Surabaya dan Madura tapi baru medio, 80-an itu ada kajian serius untuk mengimplemetasikan mimpi banyak orang, untuk membangun jembatan panjang, great brigde di tempat ini," ujar SBY saat berhenti di ujung Jembatan Surmadu, Sabtu (19/3).

Ia menjelaskan, proses pembangunan jembatan Suramadu sangatlah panjang, sebab era pemerintahan Presiden Soeharto rencana pembangunan jembatan tersebut baru mulai dikaji oleh Menteri Riset dan Teknologi (Menristek) saat itu yakni BJ Habibie.

"Sejauh mana bisa dibangun jembatan antara Surabaya dengan Madura. Akhirnya di era Presiden Soeharto kajian demi kajian dilakukan tapi karena krisis datang tahun 1997 dan 1998, awal 1999 terhentilah semua ini," ucapnya, dikutip dari beritajatim.

Pembangunan Jembatan Suramadu sempat terlupakan di era Presiden Gusdur dan ketika Habibie menjabat sebagai presiden. Namun saat pemerintahan Megawati proyek pembangunan jembatan Suramadu kembali muncul.

"Tahun 2003 Presiden Megawati mulai membangun jembatan ini atau ground breaking. Terjadi pergantian Ibu Megawati kepada saya akhir 2004 dan terus berlangsung. Tapi pada satu titik pembangunan ini terhenti oleh satu dan lain sebab, sejumlah faktor," katanya.

Proyek pembangunan Jembatan Suramadu baru difokuskan pada era kepemimpinannya. Bahkan saat itu, SBY sempat mengumpulkan sejumlah menteri-menteri terkait, termasuk Gubernur Jatim untuk merealisasikan proyek tersebut.

"Pertemuan penting, boleh dikata pertemuan sejarah, sebutlah sidang kabinet darurat, yang khusus membahas kelanjutan pembangunan Jembatan Suramadu ini. Kami laksanakan di kompleks Paiton, Pasuruan," tutur SBY.

Dalam rapat darurat tersebut ia mendapat laporan bahwa ada sejumlah isu fundamental terkait proses pembangunan Jembatan Suramadu.

Dalam rapat itu, SBY akhirnya mengeluarkan keputusan bahwa proyek akan dilanjutkan dengan berbagai solusi terhadap masalah yang ada.

"Saya carikan solusinya, antara lain karena akhirnya kita kerja sama dengan Tiongkok, maka loan (pinjaman) yang mau disediakan oleh Tiongkok, belum deal," katanya.

Persoalan kedua yakni soal berapa banyak dana APBN yang diperlukan untuk proyek ini, lalu tentang struktur dan teknis pembangunan. Termasuk soal sistem kerja sama antara teknisi Tiongkok dan teknisi Indonesia untuk proyek Jembatan Suramadu.

"Saat itu pembangunan terhentinya bagian tepi Madura sudah ada dan jembatan dari Surabaya sudah ada tapi tengahnya masih kosong. Saya ingat berputar-putar di sekitar ini dengan kapal perang TNI AL untuk melihat-lihat langsung, mana gapnya," terang SBY.

Dalam rapat itu diputuskan bahwa Menteri PU saat itu, Joko Kirmanto dikirim ke Tiongkok dan akhirnya perjanjian deal. SBY menyebut, pertemuan bersejarah itu yang pada akhirnya mewujudkan dibangunnya Jembatan Suramadu.

"APBN, seingat saya (Menkeu) masih Sri Mulyani kita minta untuk segera rencanakan yang pasti sesuai dengan kemampuan negara, tapi saya minta proyek besar ini jalan kembali," terangnya.

Setelah satu tahun pembangunan, akhirnya pekerjaan pun usai. Pertengahan tahun 2009, SBY meresmikan dibukanya Jembatan Suramadu. Meski ada timbul masalah sosial di Madura, ia merangkul para ulama dan tokoh masyarakat setempat.

"Dulu dalam pidato saya, saya juga menyampaikan terima kasih dan penghargaan dari pak Habibie, yang sebetulnya era Pak Harto saat itu. Kepada Presiden Gusdur, Presiden Megawati saya juga ucapkan terima kasih," ungkapnya.

Jenderal Purnawirawan TNI ini mengucapkan terima kasih kepada Megawati yang memulai ground breaking Jembatan Suramadu. Bahwa pada akhirnya SBY yang menyelesaikan, itu disebut sebagai upaya kerja bersama.

"Presiden Megawati yang telah memulai ground breaking-nya, kemudian juga ketika terhentinya jembatan ini yang menurut saya bisa saja terjadi setiap saat, saya anggap tugas saya untuk melanjutkan dan akhirnya Alhamdulillah terwujud," bebernya.

Dalam kunjungan ke Jembatan Suramadu, SBY tampak bernostalgia. Ia datang bersama sang istri, cucunya Aira dan ibunya Annisa Pohan, serta putera keduanya Edhie Baskoro (Ibas). Mereka tampak menyapa warga dan menyempatkan diri untuk berfoto di sekitar Jembatan Suramadu.

"Itulah proses panjang dari awal sampai jembatan ini terbentuk. Sejarah agak panjang, tapi saya kira ini satu ikon yang patut kita syukuri, mudah-mudahan dengan telah terhubungnya Surabaya dengan Madura ini, daerah ini makin besar," tutup SBY. (Nyoto)

Presiden Minta Semua Komponen Bangsa Ramai Bekerja

Radar Publik
Sabtu, 19 Maret 2016
Jawa Timur - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyatakan keinginannya agar semua komponen bangsa ini ramai dalam bekerja bukan ramai dalam berdebat.

"Kita ini senangya ramai debat, saya ingin ubah menjadi ramai kerja, kalau diterus-teruskan ramai debat, gak rampung-rampung pekerjaan kita," kata Presiden Jokowi dalam sambutannya saat peresmian Jalan Tol Mojokerto-Surabaya sesi IV Krian-Mojokerto di Mojokerto, Sabtu (19/3).

Presiden mencontohkan Proyek KA Cepat Jakarta-Bandung sepanjang 150 km yang ramai diperdebatkan.

"KA cepat di Tiongkok itu sudah mencapai 16.500 km, kita baru Jakarta-Bandung 150 km sudah ramai," kata Jokowi dalam acara yang dihadiri Menteri PUPR Basuki Hadimuljono, Menteri BUMN Rini Soemarno, Seskab Pramono Anung dan Wagub Jatim Saifullah Yusuf.

Presiden Jokowi meresmikan pengoperasian jalan tol itu dengan menekan sirine dan melintasi jalan itu dengan melewati gerbang tol untuk mengambil kartu tol.

Presiden Jokowi menyebutkan Indonesia saat ini memang ingin berkonsentrasi pada dua hal besar pertama adalah deregulasi, kedua pembangunan infrastruktur.

"Kenapa? deregulasi dilakukan agar ada kecepatan bertindak dalam melaksanakan pembangunan. Kita sekarang ada 42.000 peraturan baik perpres, PP, permen dan peraturan lainnya," katanya.

Menurut Presiden, hal itulah yang menghambat sehingga dalam memutuskan dan bertindak di lapangan.

Presiden menyebutkan pembangunan infrastruktur di Indonesia sangat terlambat. Di Tiongkok, jalan tol mencapai 60.000 km, bertambah 4.000-5000 km setiap tahunnya. Sementara Indonesia dari merdeka hingga saat ini baru punya 840 km.

"Karena itu saya beri target ke menteri dalam 5 tahun minimal 1.000 km. Saya hitung Insya Allah itu tercapai, saya pastikan lebih, tapi itu masih kecil," katanya.

Ia menyebutkan Jalan Tol Mojokerto-Surabaya sudah dimulai pembangunannya sejak 21 tahun lalu dan baru saat ini bisa diresmikan.

"Saya berterima kasih karena masalah pembebasan dapat diselesaikan. Saya targetkan tahun depan jalan tol 36 km ini sudah nyambung, saya akan ikuti terus perkembangannya," katanya.

Jalan Tol Mojokerto-Surabaya merupakan bagian dari Jalan Tol TransJava. Presiden minta agar jalan tersebut sudah terhubung dari Merak hingga Surabaya pada 2018. (Nyoto)